Jumat, 05 Februari 2010

Hati dan Berfikir

Apakah anda punya hati? Ataukah hati nurani anda sudah tumpul? Kalau kita sakit hati, kenapa perasaan itu terasa didada, bukan di kaki atau rambut? Tentu yang dimaksud hati bukanlah penyakit encok. Mungkin dalamnya lautan bisa diukur, dalamnya hati siapa tahu. Nabi Muhammad pernah ditanya, "Siapa yang paling baik diantara orang-orang?" Nabi menjawab, "setiap orang yang hatinya bersih dan lidahnya bertutur kata benar". Pemikir dari Shiraz, menulis Abhar Al-Asyiqin (melati para kekasih) bahwa "demikian pula antara kamu dan hati". Itulah soalnya, siapa yang hatinya bersih? Seperti dikutip Sachiko Murata dalam The Tao of Islam, Abu Tholib Al Maliki misalnya, telah menulis Out Al Qulub (makanan Hati) yangsangatbesarpengaruhnya dalam tradisi intelektual sufi (Seno 111). Siapa yang hatinya bersih? Nabi menjawab: dia adalah yang tertaqwa, tidak dendam, tidak iri (Ibnu Majah, Zuhud 124). Begitu juga dengan berpikir, berpikir adalah proses indah dan perlu dengan hati. Dengan perpikir secara hati, kita akan lebih hati hati, begitu juga dengan hubungan manusia dengan sesama ataupun dengan tuhan-Nya, bisa diselamatkan oleh keterbukaan yang berarti tidak berhenti kepada suatu kesimpulan yang juga berarti tidak berhenti kepada suatu kesimpulan akhir. Lalu, apa hubungan hati dengan berpikir? Andalah yang lebih tahu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar